Tikar bidai adalah produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Produk ini dikerjakan masyarakat di sana, yang berada di dalam dan sekitar hutan, sejak turun-temurun sampai saat ini. Pada mulanya, tikar bidai yang dihasilkan berukuran sangat besar dan digunakan untuk menjemur hasil pertanian seperti padi, lada, kopi, jagung, kakao, dan hasil hutan lainnya oleh masyarakat.
Pada perkembangan selanjutnya, bidai tidak hanya digunakan untuk menjemur hasil pertanian, tapi juga dipakai sebagai aksesori ruangan seperti karpet, dekorasi interior rumah, dan penyekat ruangan. Ukurannya pun lebih kecil sesuai keinginan dan dengan motif yang bervariasi. Adapun bahan baku pembuatan tikar bidai adalah rotan, kulit kayu kapuak pohon tutup, dan bahan penolong berupa pewarna yang berasal dari jenis tanaman yang tumbuh di hutan setempat.
Sementara itu, langkah-langkah pembuatan bidai adalah sebagai berikut.
Pada perkembangan selanjutnya, bidai tidak hanya digunakan untuk menjemur hasil pertanian, tapi juga dipakai sebagai aksesori ruangan seperti karpet, dekorasi interior rumah, dan penyekat ruangan. Ukurannya pun lebih kecil sesuai keinginan dan dengan motif yang bervariasi. Adapun bahan baku pembuatan tikar bidai adalah rotan, kulit kayu kapuak pohon tutup, dan bahan penolong berupa pewarna yang berasal dari jenis tanaman yang tumbuh di hutan setempat.
Sementara itu, langkah-langkah pembuatan bidai adalah sebagai berikut.
1. Pembelahan Rotan
Sebelum dibelah, rotan terlebih dahulu dibersihkan/dikikis kulit arinya dan cuci dengan air agar lebih bersih dan kemudian dibelah dengan menggunakan pisau. Untuk ukuran besar, rotan dibelah menjadi empat bagian. Jika ukurannya kecil, rotan bisa dibelah menjadi tiga atau dua bagian.
Sebelum dibelah, rotan terlebih dahulu dibersihkan/dikikis kulit arinya dan cuci dengan air agar lebih bersih dan kemudian dibelah dengan menggunakan pisau. Untuk ukuran besar, rotan dibelah menjadi empat bagian. Jika ukurannya kecil, rotan bisa dibelah menjadi tiga atau dua bagian.
2. Penjemuran
Setelah rotan dibelah, proses selanjutnya adalah penjamuran. Proses ini memerlukan waktu tiga hari atau bergantung pada cuaca.
Setelah rotan dibelah, proses selanjutnya adalah penjamuran. Proses ini memerlukan waktu tiga hari atau bergantung pada cuaca.
3. Meraut
Proses perautan ini dilakukan guna menghasilkan rotan yang halus dan tipis untuk memudahkan dalam penganyaman.
Proses perautan ini dilakukan guna menghasilkan rotan yang halus dan tipis untuk memudahkan dalam penganyaman.
4. Penganyaman
Sebelum dilakukan penganyaman, kulit kayu kapuak terlebih dahulu dibelah menurut ukuran yang diinginkan dan dibasahi dengan air. Lalu, rotan-rotan disusun sesuai motif yang diinginkan (dengan pewarnaan atau tanpa warna) dan dipasang tiga tali tempuak di tengah untuk langkah awal penganyaman.
Agar bidai yang dihasilkan tidak bengkok atau tak berlipat, prosesnya perlu dibantu dengan pemakuan di tengah. Selanjutnya, tali tempuak yang telah dibasahi dengan air dipasang/dianyam ke rotan satu per satu. Untuk menghasilkan bidai dengan ukuran 150 x 210 cm, diperlukan satu ikat rotan yang belum dibelah atau sebanyak 500 batang rotan halus yang telah diraut.
Sebelum dilakukan penganyaman, kulit kayu kapuak terlebih dahulu dibelah menurut ukuran yang diinginkan dan dibasahi dengan air. Lalu, rotan-rotan disusun sesuai motif yang diinginkan (dengan pewarnaan atau tanpa warna) dan dipasang tiga tali tempuak di tengah untuk langkah awal penganyaman.
Agar bidai yang dihasilkan tidak bengkok atau tak berlipat, prosesnya perlu dibantu dengan pemakuan di tengah. Selanjutnya, tali tempuak yang telah dibasahi dengan air dipasang/dianyam ke rotan satu per satu. Untuk menghasilkan bidai dengan ukuran 150 x 210 cm, diperlukan satu ikat rotan yang belum dibelah atau sebanyak 500 batang rotan halus yang telah diraut.
5. Menjagat
Proses akhir dari penganyaman ini adalah penjangatan, yaitu mengikat pinggiran bidai agar kuat dan tidak lepas.
Proses akhir dari penganyaman ini adalah penjangatan, yaitu mengikat pinggiran bidai agar kuat dan tidak lepas.
6. Menjemur
Bidai yang telah selesai dikerjakan kemudian dijemur kembali untuk menghasilkan bidai yang mengilap.
Bidai yang telah selesai dikerjakan kemudian dijemur kembali untuk menghasilkan bidai yang mengilap.
7. Siap Dipasarkan
Sebagian besar komoditas tikar bidai dipasarkan ke Sarawak, Malaysia Timur, melalui Serikin oleh pedagang pengumpul. Biasanya, mereka mendapatkan tikar bidai ini dengan cara mendatangi langsung para perajin untuk selanjutnya dipasarkan ke Sarawak. Harga tikar ini bervariasi sesuai ukuran.
Sebagian besar komoditas tikar bidai dipasarkan ke Sarawak, Malaysia Timur, melalui Serikin oleh pedagang pengumpul. Biasanya, mereka mendapatkan tikar bidai ini dengan cara mendatangi langsung para perajin untuk selanjutnya dipasarkan ke Sarawak. Harga tikar ini bervariasi sesuai ukuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar